Hai,
namaku Ery, aku adalah seorang siswi di SMP terkenal di kotaku. Orang tuaku
adalah seorang dokter, aku berusaha keras untuk belajar agar bias seperti
mereka. Itu sebabnya aku terkenal sebagai cewek serius yang susah di ajak
bergaul di Sekolahku, padahal sebenarnya tidak, aku tidak seperti yang mereka
kira, aku adalah orang yang sangat suka bergaul, aku ingin banyak punya teman.
Namun tak seorangpun di Sekolahku yang mau menjadi temanku, itu sangat
membuatku sedih. Hasil dari belajar giatku, aku juga dapat hasil, aku selalu
dapat juara 2 umum setiap semester, yah, walaupun hanya jadi nomer 2, juara 1
nya adalah Oneo, mmmm, mendengar dia setiap semester dia jadi juara 1 semua
orang menduga penampilannya sangat buruk, tapi dia itu sangat keren. Banyak
orang yang terpesona oleh gayanya termasuk aku. Dia adalah orang yang punya
banyak teman, dia adalah idolaku, aku ingin sekali menjadi seperti dia.
“Net..net..net,” tak terasa jam
pelajaran telah usai, aku pun bergegas pulang. Tiba-tiba dari belakang ada yang
memegang pundakku. “Hai Ery, happy birthday,” katanya sambil tersenyum. Hah,
aku tersentak kaget, “Oneo,” ucapku dalam hati. Aku mengingat-ingat, oh ia,
hari ini adalah hari ulang tahunku, aku benar-benar lupa. “Eh, trimakasih Oneo,
bagaimana kau bisa tahu ulang tahunku?,” tanyaku pada Oneo. “Mmmm, rahasia.”
Katanya sambil tersenyum. “Ayolah kemari,” katnya sambil menarik tanganku. Aku
pun berlari mengikuti dia. Dia mengajakku ke pantai, memang sih, Sekolahku
tidak jauh dari pantai. “Hai, lihatlah, sebentar lagi Matahari akan
terbenam,” katanya. Aku pun mengangguk.
10 Menit kemudian Matahari terbenam. “Hai Ery, kamu lihat matahari itu?
Matahari itu secantik dirimu!,” katanya.
Tanpa ku sadari mukaku memerah. Tiba-tiba dia menyodorka sebuah bingkisan yang
cukup besar. “Ini hadiah ulang tahunmu Ery, namun ada sesuatu yang mau ku
tanyakan padamu Ery,” katanya sambil menatapku, akupun balik menatapnya.
“Mmmaukah kau jadi pacarku?,” aku
tersentak kaget, aku tak pernah membayangkan hal seperti ini akan terjadi
padaku. Aku sangat senang dan bingung. Tanpa sadar aku mengangguk. Oneo
terlihat senang. Seketika dia memelukku dan mencium keningku. Perasaanku
sangatlah senang, aku tak bisa bilang apa-apa. “Mari tuan Putriku, ku anatar
kau pulang,” katanya, dia menarik tanganku, dan kami pun berlari pulang
bersama-sama.
“Tring, tring, tring,
tringggg…,” bunyi jam bekerku. “Ah
ternyata sudah jam 5 Pagi,” kataku. Ku lihat sebuah bingkisan di sampingku. Aku
mengingat kejadian kemarin, sungguh hari yang membahagiakan. Ku mengambil
bingkisan itu dan membukanya. Ternyata isinya sebuah Boneka Kucing yang cukup
besar dan lucu, aku sangat senang.
“Ery….,” teriak seseorang dari depan rumahku, ku buka
jendelaku. “Oneo,” kataku dalam hati. Aku berlari ke bawah. “Ayo kita berangkat
sama-sama,” katnya. “Ah, sebaiknya
tidak, nanti akan menimbulkan kegemparan di Sekolah,” kataku. “Ah, tidak akan,
kau akan baik-baik saja di sampingku,”
katanya. Kami pun berangkat bersama-sama. Yap, seperti dugaanku. Semua
orang heboh melihat kami pegangan tangan. Mukaku kembali memerah, ku lihat
ekspresi wajahnya Oneo, kelihatannya dia begitu senang. Sesampainya di kelas
Oneo duduk di sampingku, dia tersenyum. “Mulai saat ini aku akan duduk di
sampingmu dan menjagamu,” katanya, aku
pun balas tersenyum. Di saat jam pelajaran, Oneo memegang tanganku dan seakan
tak mau melepaskannya. Aku jadi bingung, aku tak berani berkutik. Setiap aku
menoleh ke arahnya, dia selalu tersenyum ke arahku, dan sepertinya sedikitpun
dia tak merasa tegang. “Net..net..,” bel
makan siang berbunyi. Aku memasukkan bukuku dengan 1 tangan, Oneo tetap
memegang tanganku dan tak mau melepaskannya. “Kami ke kantin bersama-sama.
Dengan tetap berpegangan tangan. Begitu aku dan dia duduk tanganku dilepaskan
olehnya, “ Kita tak mungkin makan sambil berpegangan tangan kan,” aku hanya tersenyum. Tiba-tiba. “Hep..,” Oneo memasukkan kue berbentuk jantung ke
mulutku. “Ini buatanku lho, enak gak?,”
katanya, aku sedikit jengkel pada perlakuannya ini.
Tak terasa aku telah jadian sama
Oneo selama 1 bulan. Dan hari hariku tetap seperti itu, dijemput, berpegangan
tangan, dan disuapi kue jantung setiap hari. Aku menyadari, aku tidak bahagia.
Aku tersiksa, aku tidak bias bebas menjalani hari-hariku. Apa yang harus ku
lakukan. Jika aku menyatakan semua ini padanya, pastilah dia marah. Tiba-tiba
aku teringat akan boneka kucing itu, aku mengambilnya dan duduk di teras
kamarku sambil melihat bintang. “Tes..,”
tanpa ku sadari aku menangis, aku memeluk boneka itu. Aku terus
kebingungan apa yang harus ku lakukan? Aku tak tahu.
“Prang..,” tiba-tiba ada sebuah bunyi yang
membangunkanku dari tidurku. “Ah, ternyata aku tidur di teras,” kataku. Setelah ku lihat, boneka kucingku itu
telah hilang dari pelukanku. Aku masuk ke dalam kamar sambil mencari boneka
pemberian Oneo itu. Tiba-tiba aku melihat seseorang di kamarku, aku mengambil
tongkat yang kebetulan ada di sampingkku. Aku mendekat, walaupun agak sedikit
takut. Tiba-tiba orang itu menoleh ke arahku. “Hai, apakah di sini ada makanan?
Aku sangat lapar!”
Aku terkejut, aku ingin berteriak,
namun secepat kilat dia menutup mulutku. “Tolong, jangan berteriak, aku tidak
akan memakanmu!” katanya. Aku menoleh ke
arahnya, sangan keren, namun dia mempunyai telinga kucing dan ekor.
“Si..si..si..siluman,” kataku. “Tet..tet, aku bukan siluman, kau salah, aku
sebenarnya adalah seorang manusia biasa sepertimu,” katanya. “La..la..lalu kenapa kamu
bi..bi..bisa punya telinga kucing dan ekor seperti itu?” tanyaku gugup. “Ah,
ceritanya panjang, mmm, sebelumnya tolong berikan aku makanan dong, aku lapar
tahu!” katanya. Ku berikan dia segelas susu dan sepotong roti, dia terlihat
sangat kelaparan. Setelah selesai makan dia tersenyum. “Jadikah aku
menceritakan?” aku hanya
mengangguk-anggung mendengar ucapannya. “Mmmm, begini. Aku dulu adalah sorang
siswa SMP sepertimu. Dan aku juga adalah seorang idola terkenal, ada seorang
siswi yang suka padaku, tapi aku menyukai orang lain. Tak ku sangka, siswi yang
menyukaiku itu adalah keturunan penyihir, dan Ibunya telah mengutukku menjadi
boneka kucing, setelah ku menjadi boneka kucing, gadis yang kusukai itu bersama
laki-laki lain, aku sangat sedih. Oh ya, ku bisa menjadi manusia setengah
kucing jika terkena air mata seorang gadis, namun itu hanya berlaku di malam
hari jika Matahari telah terbit aku akan kembali menjadi boneka kucing!
Trimakasi ya, kau telah membuatku seperti ini,”
katanya menjelaskan panjang lebar. “Itu sangat tidak masuk akal!” kataku
tanpa sadar. “Yah, memang, ku tau itu, tapi memang ini kenyataannya,” katanya.
“Apakah ada cara mematahkan kutukan itu?” kataku memberanikan diri untuk
bicara. “Tentu, setiap kutukan pasti ada cara untuk mematahkannya. Aku harus
menemukan gadis yang mencintaiku dengan tulus,” katanya. “Seperti dongeng!”
seruku. “Terus, kau akan kemana, disini kan tidak ada kamar lagi, kau bias
pergi cari penginapan di luar,” kataku memaksa. “Ah, sepertinya tidak, di luar
orang akan gempar melihat kehadiranku!” katanya. “Tapi kau tidur dimana?”
tanyaku. “Ya, diranjang ini!” Sahutnya. “Kalo aku?” tanyaku lagi. “Ya di sini
juga, tenang saja aku tidak akan menyentuhmu!” serunya. “Aku tak percaya, ya
baiklah, aku akan tidur di kursi!” seruku. “Tapi ini kan musim dingin, nanti
kau bisa membeku!” sahutnya sambil tersenyum, senyuman yang sangat menyebalkan,
pastilah dia orang yang sangat menyebalkan. “Sudahlah, tidur saja, jangan
pedulikan aku!”, sahutku.
“Tring..tring..tring,” alarm ku
telah berbunyi, ku bangun dan melihat ke tempat tidur. Ternyata benar,
laki-laki itu sudah tidak ada, yang ada hanyalah sebuah boneka kucing pemberian
Oneo, sulit dipercaya. “Ery… ayo berangkat!” terdengar suara Oneo dari depan
rumahku. “Hah, hari menyebalkanku telah muali!” kataku dalam hati. Aku turun
menghampiri Oneo. “Hai cantik, apa kabar?” sapanya. Aku hanya tersenyum, “Kali
ini aku harus menolak jabatan tangannya!” seruku dalam hati. Oneo mencoba
mengambil tanganku, tapi aku mengelak, “Hai, ada apa denganmu?” tanyanya. “Mmmm,
maaf, kukira semua ini salah!” kataku sambil berlari meninggalkan Oneo.
Sesampainya di sekolah aku pindah tempat duduk ke belakang, aku menghindari
Oneo, aku bingung, aku capek, menghadapi dia.
“Net..net..,”
bel makan siang berbunyi, aku tetap diam di kelas. “Ery, ayo ikut aku!” kata
Oneo sambil menarik tanganku. “Apa yang kau lakukan, jangan paksa aku!” kataku
sambil mengelak, namun dia tak mau mendengarkanku. Dia membawaku ke belakang
sekolah. “Ery, ada apa denganmu? Kenapa kau menghindariku? Apa yang salah
denganku?” Tanya Oneo. Aku tak menjawab. Dia mendorongku ke tembok, dan mencoba
menciumku, namun ku menghidar. “Oneo, apa yang mau kau lakukan? Aku sudah muak
dengan semua ini. Kau tidak pernah mengerti aku, kau egois. Aku sudah capek.
Kita tidak cocok, lebih baik, lebih baik, “ Oneo terlihat sangat marah. “Kenapa
kau tidak lanjutkan, lebih baik apa? Lebih baik kita putus hah? Ya, aku juga
sudah muak, sekarang lakukan sesukamu, aku tak peduli lagi,” kata-kata Oneo
membuatku sangat sedih. Aku berlari meninggalkan Oneo. “Apa yang kulakukan ini?
Aku bodoh, sangat bodoh, lebih baik sekarang aku minta maaf dan balikan ma
Oneo,” kataku dalam hati. Aku berlari ke belakang Sekolah untuk menemui Oneo.
Tapi apa? Apa yang kudapat? Kulihat dengan mata kepalaku sendiri Oneo berciuman
dengan wanita lain. Aku tak tahan lagi. Aku berlari, berlari sambil menangis.
Tak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Aku terus berlari.
“Net..net...,” tak kurasa, bel
pulang telah berbunyi. Oneo, sama sekali tak mempedulikanku. Aku masih teringat
kejadian tadi. Rasanya aku tak kuat lagi.
Sesampainya di rumah aku langsung
menuju tempat tidurku. Ku lihat boneka kucing pemberian Oneo masih tergeletak
di tempat tidurku. Aku teringat Oneo, dan aku pun kembali menangis. Tak
kusangka, aku menangis sampai tertidur.
“Hai…”, tiba-tiba ada suara yang
membangunkanku. Ku buka mataku, ternyata itu adalah manusia kucing kemarin.
“Ada apa?”, tanyaku. “Aku bosan diam di sini, gimana kalo kita keluar, aku tahu
suasana hatimu sedang tidak baik sekarang, mungkin itu bisa buat kamu lebih
baik.”, katanya, setelah kupikir-pikir, ucapannya ada baiknya juga, aku pun
mengngguk. “Tapi, orang-orang pasti heboh ngeliat kamu yang seperti ini!”,
kataku. “Berikan aku topi dan baju hangat.”, katanya. Ku ambilkan baju hangat
milik Ayahku dan topiku. “Kurasa ini cocok untukmu.”, kataku sambil tersenyum.
Dia mengambilnya dan memakainya untuk menutupi hidung dan ekornya. Ternyata dia
benar-benar keren. “Hah, selain tidak ketahuan orang, aku juga bisa hangat nih,
hahahaa”, katanya sambil tertawa. Aku mengambilbaju hangatku dan pergi
bersamanya. “Dia terlihat begitu senang. “Uahhh, sudah lama aku gak keluar
seperti ini!”, katanya. Dia menarik tanganku. “Hei, kemarilah, aku hebat
bermain ini!”, katanya sambil tersenyum. Ternyata benar, dia sangan pandai
bermain lempar gelang, dia memenangkan sebuah boneka beruang yang cukup besar.
“Nih, untukmu, kayaknya boneka ini mirip denganmu”, katanya sambil tersenyum.
Aku menerimanya dengan sangat gembira. Tak ku sangka hari sudah semakin larut,
aku sampai melupakan kejadian yang menimpaku tadi pagi. “Hai, lihat kemari”,
katanya. Aku melihat ke arah yang ditujukan olehnya. “Wah, indah sekali”,
kataku, sambil melihat kembang api di langit. “Oh ia, siapa namamu, tak enak
kan aku hanya memanggilmu ‘hay’!”, katanya. Aku baru ingat, ternyata aku belum
memperkenalkan namaku padanya. “Namaku Erika Natika, kau boleh memanggilku Ery,
karena orang-orang biasanya akrab memanggilku Ery! Trus, namamu?”, tanyaku
padanya. “Namaku Ataru Yosa, kamu bias panggil aku Ataru.”, katanya sambil
tersenyum. Kami begitu senang melihat kembang api sambil berbincan-bincang
hingga larut malam.
“Tring…tring…tring”, kudengar bunyi
alarmku, ku buka mataku, ternyata aku sudah berada di tempat tidurku, dan
disampingku ada boneka beruang yang dimenangkan Nataru tadi malam. Ku lihat di
kursi sebuah boneka kucing pemberian Oneo terbaring dengan selimut.
Aku segera bersiap-siap untuk masuk
Sekolah. Tak terdengar lagi suara menjengkelkan dari depan rumahku. “Hah, aku
akan segera terbiasa.”, kataku menyemangati diriku sendiri. Aku berjalan ke
Sekolah sendiri, tak ada lagi acara pegangan tangan dari Oneo.
“Hah, akhirnya tiba di Sekolah”,
gumamku. Tiba-tiba aku melihat gerumunan anak-anak. “Ada apa ya?”, tanyaku
dalam hati. “Hey, Ery, lihat kesini, Oneo mengumumkan pacarnya sekarang adalah
Yuka.”, kata seseorang. “Hah, apakah aku menyukai seorang ‘PLAY BOY’?”, tanyaku
dalam hati. “Oh.”, kataku, hanya kata itu yang dapat keluar dari mulutku.
“Net..net”, bel tanda pelajaran
dimulai pun berbunyi. Tanpa ku sadari Oneo berada di depanku. “Hah, ternyata
kau orang yang bodoh Ery, kau berani mengatakan kata-kata seperti itu padaku.
Sekarang kau tak akan menemukan orang yang lebih baik dariku, hahahahaa…”, kata
Oneo padaku. Jujur saja, aku marah sekaligus sedih mendengar ucapan Oneo. “Eh,
Oneo, sepertinya aku malah harus bersyukur mutusin kamu, karena aku baru tahu
ternyata sifatmu seperti ini. Aku akan buktikan padamu aku akan menemukan orang
yang lebih baik darimu!”, seruku padanya. “Baik, tolong tunjukkan orang itu
padaku pada perkemahan minggu depan, dah, akan kutunggu!”, katanya dengan nada
mengejek. “Baiklah, akan kutunjukkan padamu!”, kataku tanpa dengan sangat marah.
Setelah di kelas aku teringat akan kata-kataku tadi. “Hah, bagaimana caraku
mendapatkan orang yang lebih baik darinya dalam waktu seminggu? Huh dasar bodoh,
ngapain juga aku ngomong kayak gitu tadi, uh, dasar, bodoh-bodoh!”, gumamku
sambil memukul-mukul kepalaku.
Sampai
di rumah aku terus memikirkan hal itu, aku bingung. Tak tahu apa yang harus
kulakukan saat ini. Tak terasa hari sudah semakin malam, Matahari sudah
tenggelam. “Oh ia, minta saran Ataru!”, seruku. Aku duduk di teras rumahku
sambiil membawa Ataru. Tak lama kemudian dia berubah menjadi manusia kucing.
“Ataru, aku punya masalah lagi! Bisakah aku minta pendapat darimu?” tanyaku
pada Ataru. “Masalah apa itu? Kalo tentang pelajaran aku gak ahli!”, katanya.
“Ah bukan masalah pelajaran, kalo pelajaran aku gak akan minta bantuanmu, aku
akan menyelesaikannya sendiri. Begini, aku berjanji pada Oneo akan membawa
orang yang lebih baik darinya minggu depan pada acara perkemahan. Tapi aku
belum menumukannya!”, kataku sambil memasang muka memelas. “benarkah itu?”,
tanya Ataru yang membuatku bingung. Aku pun hanya mengangguk-angguk. Tiba-tiba
Ataru memelukku. “Jika kau mau, bawalah aku pada acara perkemahan minggu depan
itu.”, katanya. Takku sangka jantungku berdebar hebat. Entah mengapa aku merasa
sangat nyaman di pelukan Ataru.
Entah mengapa, sejak saat itu, Ataru
tidak berubah lagi menjadi wujud manusia kucing. Aku tak mengerti kenapa aku
merasa sedih. Apakah ini yang namanya cinta?
Waktu terus berjalan, terasa begitu
cepat. Besok sudah hari perkemahan itu, aku menjadi semakin bingung. Ataru
tetap saja tak pernah muncul, aku menjadi kawatir, apakah dia akan muncul jika
kubawa ke perkemahan?
“Tring..tring..tring..”, alarm ku
sudah berbunyi, hari ini adalah hari perkemahannya. Aku mengemasi barang-barang
yang akan ku bawa. Ku lihat boneka kucing jelmaan Ataru. Ku ambil boneka itu.
“Ku harap nanti kau muncul Ataru, aku, aku, aku menyukaimu.”, kataku sambil
berharap Ataru mendengar ucapanku.
Bis sudah berada di depan sekolahku,
murid-murid segera masuk ke dalam bis. Oneo kembali berada di depanku. “Ery,
apakah kamu udah bawa orang yang lebih baik dariku? Hahahahaaa!”, kata Oneo
dengan nada mengejek. Aku hanya cuek mendengar ucapan oneo itu.
Sesampainya di perkemahan. Oneo
terus saja mengejekku. Sampai-sampai kesabaranku sudah habis. “Oneo, aku sudah
temukan orangnya, aku akan menunjukkannya padamu nanti malam jam 07.00
tepat!!!!!!”, seruku dengan penuh amarah. “Ah, benarkah, aku sangat takut, aku
akan tunggu, hahahahaaaa!”, katanya, sungguh, kali ini aku benar-benar marah.
Namun, aku bertanya-tanya, apakah Ataru akan muncul nanti?
Pukul 07.00, ku bawa boneka kucing
jelmaan Ataru ke belakang perkemahan untuk menepati janjiku pada Oneo.”Eh, Ery,
mana orang yang kau janjikan, tak muncul-muncul? Sudah kuduga, hahahaaa!”,
tawanya. “Tunggu sebentar lagi!”, sahutku. 1 Jam kemudian Ataru tak
muncul-muncul juga. “Eh, Ery, sebaiknya kau menyerah, sudah 1 jam kita menunggu
di sini, namun dia tak kunjung-kunjung dating. Kau kalah, karena kau sudah
membuat aku menunggu di sini, harus ada hukumannya. Kau harus jadi milikku!”,
katanya sambil mendekati aku dan mencoba meraihku. “Ataru, tolong aku!!!!!”,
teriakku. Tiba-tiba. “Jangan sentuh dia!!!! Percuma kau pintar, tetapi tak bisa
menghargai wanita!!!!”, teriak Ataru yang tiba-tiba muncul di depanku. Dan,
dengan keadaan tanpa telinga kucing dan ekor kucing. “Ataru!”, kataku. “Hah,
ternyata ini yang dinanti-nantikan Ery, sama sekali gak seperti yang ku
bayangkan, jauh lebih buruk!”, katanya mengejek Ataru. “Tapi aku tak seburuk
dirimu!”, kata Ataru sambil melayangkan pukulan ke wajah Oneo. “Bruk..”, Oneo
terjatuh terkena pukulan Ataru. “Hah, lariii…”, katanya sambil bangkit dan
langsung berlari.
“Terimakasi Ataru..”, kataku sambil
tersenyum padanya. “Ini semua aku lakukan hanya pada orang yang ku sukai!”,
katanya. Dia tersenyum, dan senyum yang sangat manis. “Ery, tentang yang kau
katakana tadi pagi itu, apakah benar?”, tanya Ataru. Aku mengingat-ingat dan
terdiam sejenak. “Ya, sudahlah, tak perlu diingat lagi.”, katanya. “Tidak,
tunggu, ya itu memang sangat benar, aku, aku sangat menyukai Ataru.”, kataku
sambil berlari lalu memeluk Ataru. “Terimakasi Ery, aku akan menjagamu dan akan
memberikan kanmu kebahagiaan selamanya!”, kata Ataru sambil balas memelukku.
THE END
0 komentar:
Posting Komentar